Kamis, 05 Januari 2017

ILMU SOSIAL DASAR Contoh Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajad


LAPORAN TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR (ISD)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEMESTER II (DUA) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO LAMPUNG

Nama
:  Astri Yulianti
NPM
:  15320028
Judul
: Pelapisan Sosial di Masyarakat (Buruh Tani & Tuan Tanah / Pemilik Lahan Sawah)
Teori Relevan
Ahmadi (2009:197) menyatakan bahwa “pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarchis)”.
Ahmadi (2009 : 203) mengungkapkan bahwa ada yang membagi pelapisan masyarakat seperti berikut ini :
1.Masyarakat terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class)
2.Masyarakat terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class),kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class)
3.Sementara itu ada pula sering kita dengar : kelas atas (upper class) , kelas menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class).
Soekanto (2003:231) menyatakan bahwa “sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan terbuka (open social stratification).
Hasil Kajian/Temuan dan Pembahasan
Metode yang saya lakukan mengenai masalah pelapisan sosial di masyarakat yakni dengan observasi atau pengamatan. Stratifikasi sosial adalah ukuran kekayaan, kekuasaan dan wewenang, kehormatan, serta ilmu pengetahuan. Berdasarkan temuan mengenai pelapisan sosial di masyarakat yang sering saya jumpai yaitu antara tuan tanah atau pemilik lahan (sawah) dengan buruh tani.
Berdasarkan hasil observasi / pengamatan saya di Desa Ambarawa Kab.Pringsewu Lampung, saya menemukan adanya pelapisan sosial yakni para buruh tani yang sedang mengerjakan lahan pertanian milik tuan tanah (pemilik lahan sawah) yang sangat luas berhektar hektar. Mengapa saya menyebut ini sebagai pelapisan sosial ? iya karena tuan tanah / pemilik lahan tidak menggarap sawahnya sendiri, melainkan mempekerjakan  para buruh tani dan kemudian mengupahnya. Hal ini terjadi perbedaan karena sang pemilik tanah digolongkan sebagai kelas menengah bahkan kelas atas, karena memiliki lahan sawah sendiri yang sangat luas dan mengupah para buruh tani untuk mengerjakan lahan garapannya, bisa dikatakan pemilik lahan sawah memiliki ukuran kekayaan kelas menengah / kelas atas. Pemilik lahan sawah tersebut mungkin memiliki jabatan lain dalam pekerjaannya misalnya guru,kepala sekolah,dosen,bos,dan lain sebagainya selain memiliki lahan sawah.  Berbeda dengan para buruh tani yang rela bekerja berpanas panasan di sawah mengerjakan garapan pemilik sawah untuk mendapatkan upah demi kelangsungan kehidupannya, bisa dikatakan para buruh tani digolongkan sebagai kelas bawah karena mereka mungkin hanya memiliki lahan sawah yang sangat sempit ,sehingga ia mencari penghasilan tambahan menjadi buruh tani. Dalam masyarakat Jawa buruh tani yang hanya mempunyai rumah dan pekarangan saja tetapi tidak memiliki tanah pertanian sendiri bisa dinamakan (kuli karang kropek), dan (indung tlosor) yaitu kelas buruh tani yang tidak mempunyai rumah dan tanah pekarangan. Hal ini merupakan pelapisan sosial yang terjadi di masyarakat terutama di desa.
Daftar Referensi
Ahmadi, A (2004).Sosiologi Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Ahmadi,A (2009).Ilmu Sosial Dasar.Jakarta:PT Rineka Cipta.
Keterangan
Lokasi : Persawahan di Desa Ambarawa Kec.Ambarawa Kab. Pringsewu Lampung
Waktu : Selasa, 7 Juni 2016
Pukul  : 07.00
Dokumentasi :
 
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar