Kamis, 05 Januari 2017

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORALITAS REMAJA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN



MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN  MORALITAS REMAJA & IMPLIKASINYA DALAM  PENDIDIKAN

Dosen Pengampu oleh Ibu Siti Nurlaila, S.Psi.,M.Psi dan Ibu Triana Asih, S.Pd., M.Pd


 


Disusun Oleh :

Asmi Fauziah              15320027
Astri Yulianti              15320028
Pratiwi Dwi Jayanti    15320016
Julsa Arofian               15320012


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI DI PENDIDIKAN BIOLOGI
2016



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadiratAllah Swt yang telah memberikan kemampuan bagi kami untuk menyusun makalah Perkembangan Peserta Didik tentang “Karakteristik perkembangan remaja serta implikasinya dalam pendidikan” dengan baik
Makalah ini kami susun dengan sungguh-sungguh guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik serta untuk menambah referensi kami sebagai pelajar sehingga lebih memahami berbagai macam  peran dan fungsi Perkembangan Peserta Didik khususnya dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna. Dan mudah-mudahan dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan berbagai bisalebihmemahami berbagai pengetahuan diatas.
Terimakasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Dan hanya kepada AllohSwt kami mengharap ridho-Nya.





Metro, 9 Mei 2016


Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN (KAJIAN TEORITIS)
2.1  Pengertian Moral
2.2  Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja
2.3  Karakteristik Perkembangan Moral
2.4 Implikasi Perkembangan Moralitas Dalam Pendidikan

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1  Kesimpulan
3.2 Rekomendasi

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan moral awalnya dipusatkan pada disiplin  yang mendidik anak menjadi individu yang mematuhi hukum dan pengaruh disiplin tersebut pada penyesuaian pribadi dan sosial. Secara bertahap minat psikologi bergeser kearah perkembangan moral remaja. Pola tersebut merupakan aspek perkembangan remaja dapat diharapkan bersikap sesuai dengan cara yang disetujui masyarakat. Dalam mengembangkan moral remaja, peranan orang tua sangat penting terutama pada waktu anak masih kecil. 
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah  mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian membentuk prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, dan diancam hukuman. Sebagai pedoman bagi prilakunya di lingkungan hidupnya. Remaja diharapkan dapat menggantikan peranan moral yang berlaku di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dimasyarakat. Remaja harus dapat mengendalikan prilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.
Orang tua dan guru tidak dapat mengawasi remaja dari dekat seperti yang dilakukan ketiaka masih anak - anak. Oleh karena itu remaja harus bertangguang jawab dalam pengendalian prilakunya sendiri. Telaah - telaah mengenai perkembangan moral telah menekankan bahwa cara yang efektif bagi semua orang untuk mengawasi prilakunya sendiri adalah melelui perkembangan suara hati, yaitu kekuatan batiniah yang tidak memerlukan pengendalian lahiriah. Prilaku yang dikendailikan rasa bersalah adalah prilaku yang dikendalikan dari dalam, sedangkan prilaku yang dikendalikan oleh rasa malu adalah prilaku yang dikendalikan dari luar.

B.     Rumusan Masalah
1)      Apa yang dimaksud dengan moralitas ?
2)      Apa yang di maksud dengan perkembangan moralitas pada remaja dan bagaimana karakteristiknya ?
3)      Apa saja faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja ?
            2)   Bagaimana implikasi perkembangan moralitas dalam pendidikan ?

C.    Tujuan dan Manfaat Pembahasan
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
2.       Menjelaskan pengertian dari perkembangan moral remaja
3.      Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral remaja
4.      Sebagai langkah untuk lebih mengenal karakter peserta didik khususnya pada usia remaja
5.      Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai moralitas remaja

D.    Metode Pembahasan
      Cara - cara yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka dan browsing internet. Dalam metode ini penulis membaca buku - buku dan mencari data yang berkaitan dengan materi di internet.









 
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN TEORITIS & ANALISIS

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Artinya :
.Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (  QS. Al-Mumtahanah: 9)

Menurut Rogers (Ali:2010) Moral merupakan kaidah Norma dan Pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang di tentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebgai anggota sosial. Moralitas merupakan sosial secara harmonis,adil,dan seimbang. Perilaku Moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan , ketertiban, dan keharmonisan.
Menurut Piaget (Hurlock:1978) , perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan yang jelas. Tahap pertama,disebut piaget ”tahapa realisme moral” dan Tahap kedua disebut “tahap moralitas otonomi” atau “ moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik”. Dalam tahapan pertama,perilaku anak di tentukan oleh ketaatan otomatis tehadap peraturan  tanpa penalaran atau penilaian. Dalam tahapan kedua perkembangan moral  ini bertepatan dengan “tahapan operasi formal” dari Piaget dalam perkembangan kognitif , tatkala anak mampu mempertimbangkan semua cara hipotesis dan dalil.
Menurut Kohlberg (yusuf:2005) , tahap perkembangan moral ketiga,  moralitas pascakonvesional(postconventional morality) harus dicapai selama masa remaja. Tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap.
Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral apabila hal ini mengumpulkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan idela yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat pada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Menurut Thomas (Monks,1989). Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadiPerkembangan pemikiran moral remaja yang demikian ini,jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral berikutnya yang disebut dengan tahap pasca konvensional/dimana orisinalitas pemikiran moral remaja sudah semakin tampak jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata-pranata yang bersifat konvensional.
Latihan dan Pembiasaan, menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak dan khususnya remaja.
Menurut Mitchell( Abdulkarim:2005) telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu :
a.   Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
b.   Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
c.   Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d.   Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
e.   Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Menurut Carol Gilligan (Melly :1982) berpendapat bahwa teori Kohlberg lebih mementingkan peran laki-laki. Menurut Gilligan, wanita tidak terlalu banyak memandang moralitas dalam kerangka keadilan dan kesetaraan tetapi lebih kepada tanggung jawab untuk menunjukkan kasih sayang dan menghindari hal yang membahayakan. Anak perempuan di awal masa remaja memang cenderung menekankan pada perhatian yang berkaitan dengan pertanya terbuka: “Seberapa pentingkah menepati janji terhadap teman?” dan dilema moral yang dipilihnya sendiri terkait dengan pengalaman mereka.
Menurut  Selman (Faust:1971),pemikiran bahwa tindakan menyimpang terhadap suatu hubungan interpersonal yang baik dapat dimaafkan. Seperti dalam kasus tindakan mencuri, merampok, dapat dimaafkan apabila tindakan tersebut dilakukan untuk menolong nyawa orang yang sangat dicintai yang berada dalam keadaan kritis. Hal ini menunjukkkan adanya kemampuan ahli peran. Selman mengatakan “… when this ability is acquired (role taking-penulis), the individual is capable of stage 3 thought …”. Pemikir tahap tiga menilai tindakan apakah sebagai suatu moral yang buruk dari persetujuan orang lain. Untuk ini seseorang harus mempunyai kemampuan mengantisipasi hal-hal yang disetujui atau tidak disetujui orang lain dan hal-hal yang dapat menimbulkan kemurkaan. Sifat-sifat egois ditransformasi kepada pemerolehan persetujuan, walaupun sifat-sifat egois tersebut belum hilang sama sekali.a-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang dapat diterima dan etis kepada remaja.
Menurut Haditono (Karso :1984) berpendapat sama dengan Kohlberg bahwa remaja seyogianya mencapai tingkat perkembangan moral tingkat pasca konvensional. Mendasarkan pencapaian moral judgment remaja pada karakteristik remaja yang masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukum umum yang lebih tinggi, walaupun penilaian-penilaian moral mereka belum berasal dari kata hati. Dengan karakteristik mereka ini, remaja seharusnya mencapai perkembangan moral tahap lima. Mengenai pendapat Kohlberg, ia mengemukakan dengan tegas bahwa “… moralitas pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja.”
Jhon  Dewey(Kohlberg:1995) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral.
a.      Tahap Pramoral
Ditandai bahwa anakbelum menyadari keterikatan pada aturan.
b.      Tahap Konvensional
Ditandai dengan perkembangannya kesadaran akan ketaatan pada aturan.
c.       Tahap Otonom
Ditandai dengan perkembangan keterkaitan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas analisis

A.    Pengertian Moral

Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali - nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai - nilai atau prinsip - prinsip moral. Dalam mengembangkan Moral anak , peranan orang tua sangatlah penting,terutama pada waktu masih kecil. Nilai - nilai moral itu, seperti           :
a)      Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,                memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
b)      Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai - nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak - anak. Remaja diharapkan mengganti konsep - konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu :
a)      Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
b)      Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
c)      Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya
d)     Penilaian moral menjadi kurang egosentris
e)      Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki - laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moral moralitas pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja, ahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di internalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang - orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu  :
1.      Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum
2.      Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku
3.      Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.

B.     Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja

Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak , diantaranya  sebagai berikut :
a.       Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan pada waktu lain
b.      Sikap orangtua dalam keluarga
Secara tidak langsung, sikap orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu oada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih saying, keterbukaan, musyawarah (dialogis).
c.       Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orangtua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious (agamis), dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
d.      Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orangtua mengajarkan kepada anak, agar berprilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggungjawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri menampilkan perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidakkonsistenan orangtua itu sebagai alas an untuk tidak melakukan apa yang diinginkan orangtuanya, bahkan mungkin dia akan berprilaku seperti orangtuanya.

C.    Karakteristik Perkembangan Moral

Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yakni:
a.   Mulai mampu berfikir abstrak
b.   Mulai mampu memecahkan masalah - masalah yang bersifat hipotetis, maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka
c.   Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadi
d.   Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah
e.   Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
f.    Penilaian moral menjadi kurang egosentris
g.   Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.

D.    Implikasi Perkembangan Moralitas Dalam Pendidikan

Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam  bertingkah laku. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai - nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak - anak.
Adapun implikasi dari perkembangan moral pada remaja  dalam pendidikan adalah :
1.      Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman
2.      Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai mencari solusi terhadap permasalahan tersebut
3.      Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain
4.      Timbul rasa kepedulian jika melihat hal - hal yang menyentuh hati
5.      .Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai - nilai yang diyakininya.
Ketika anak berada dalam masa perkembangan, pembentukan moralnya dipengaruhi oleh lingkungannya. Dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang tua mengenalkan nilai - nilai sederhana seperti kesopanan terhadap ayah dan ibu. Saat pergaulan anak tersebut makin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian -kejadian di sekitarnya. Remaja terdorong untuk mengidentifikasi peristiwa yang dialaminya sehingga dapat membedakan sikap mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dilakukan.
Upaya membantu remaja menemukan identitas diri   :
a)      Memberi informasi tentang pilihan - pilihan karier dan peran - peran orang dewasa
b)      Membantu siswa menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya (melalui guru konseling)
c)      Bersikap toleran terhadap tingkah laku remaja yang dipandang aneh. Caranya: mendiskusikan tentang tatakrama dalam berpakaian
d)     Memberi umpan balik yang realistis tentang dirinya.
Contohnya : berdiskusi dengan siswa, memberi contoh orang lain yang sukses dalam hidup











BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut, penyusun memperoleh simpulan bahwa salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah  mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian membentuk prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, dan diancam hukuman. Sebagai pedoman bagi prilakunya di lingkungan hidupnya. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai - nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1.Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum
2.Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku
3.Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri
B.     Rekomendasi
Kita semua tahu bahwa remaja di zaman sekarang sedang dilanda krisis moral, yakni minimnya moral yang dimiliki oleh para remaja pada umumnya. Remaja pada saat ini yang sangat diharapkan dapat menjadi calon pemegang tongkat estafet penerus pembangunan bangsa, namun pada kenyataanya banyak dikalangan remaja yang rusak. Hal Ini tidak lain disebabkan karena moral yang dimiliki sangat rendah. Moral juga berperan penting dalam pembentukan karakter remaja.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, 2005, Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta, Jakarta.
Hamidi, 2007, Metade Penelitian dan Teori Komunikas, UMM Press, Malang.
Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka Cipta,
Jakarta.
Moleong, Lexy J., 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muharnmad, Al-Mighwar, 2006, Psikologi Remaja, Pustaka Setia, Bandung.
Rakhmat, Jalaludin, 1992, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sanapiah, Faisal, 1999, Format-Format Penelitian Sosial, Raja Grafrndo
Persada, Jakarta.
Soesilowindradini, 2006, Psikologi Perkembangan (Masa Remaja), Usaha Nasional, Surabaya.
Sutopo, H.B., 2002, Metode Penelitisn Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian,
Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Wiryanto, 2004, Pengantar llmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta.
Jurnal Psikologi, www.psikologiremaja.com
www.wikipedia.com
Sunarto, Hartono Agung. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks.
Ormord, Jeanne Ellis. 2000. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Bandung: Media Sasana.
Santrock, John. W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
King, Laura A. 2006. Psikologi umum: sebuah pandangan apresiatif. Salemba: Salemba Humanika
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
http://evayuliawati.blogspot.co.id/2013/03/makalah-perkembangan-moral.html
https://notako.wordpress.com/2013/06/16/psikologi-kenakalan-remaja/