MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
MORALITAS REMAJA & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Dosen
Pengampu oleh Ibu Siti Nurlaila, S.Psi.,M.Psi
dan Ibu Triana Asih, S.Pd., M.Pd
Disusun
Oleh :
Asmi Fauziah 15320027
Astri Yulianti 15320028
Pratiwi Dwi Jayanti 15320016
Julsa
Arofian 15320012
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI DI PENDIDIKAN BIOLOGI
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadiratAllah Swt yang telah memberikan kemampuan bagi kami untuk menyusun makalah Perkembangan Peserta Didik tentang “Karakteristik perkembangan remaja serta
implikasinya dalam pendidikan” dengan baik
Makalah ini kami susun dengan sungguh-sungguh
guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta
Didik serta untuk menambah referensi kami sebagai pelajar sehingga lebih
memahami berbagai macam peran dan fungsi Perkembangan Peserta Didik khususnya dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan
kontribusi positif dan bermakna. Dan mudah-mudahan dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan berbagai bisalebihmemahami
berbagai pengetahuan diatas.
Terimakasih kami haturkan kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini. Dan hanya kepada AllohSwt kami
mengharap ridho-Nya.
Metro, 9 Mei
2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN (KAJIAN TEORITIS)
2.1
Pengertian Moral
2.2
Faktor - Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja
2.3 Karakteristik
Perkembangan Moral
2.4 Implikasi Perkembangan Moralitas
Dalam Pendidikan
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
3.2
Rekomendasi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan moral awalnya
dipusatkan pada disiplin yang mendidik
anak menjadi individu yang mematuhi hukum dan pengaruh disiplin tersebut pada
penyesuaian pribadi dan sosial. Secara bertahap minat psikologi bergeser kearah
perkembangan moral remaja. Pola tersebut merupakan aspek perkembangan remaja
dapat diharapkan bersikap sesuai dengan cara yang disetujui masyarakat. Dalam
mengembangkan moral remaja, peranan orang tua sangat penting terutama pada
waktu anak masih kecil.
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai
remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya
dan kemudian membentuk prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus
dibimbing, diawasi, dan diancam hukuman. Sebagai pedoman bagi prilakunya di
lingkungan hidupnya. Remaja diharapkan dapat menggantikan peranan moral yang
berlaku di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum
dimasyarakat. Remaja harus dapat mengendalikan prilakunya sendiri, yang
sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.
Orang tua dan guru tidak dapat mengawasi remaja dari dekat
seperti yang dilakukan ketiaka masih anak - anak. Oleh karena itu remaja harus
bertangguang jawab dalam pengendalian prilakunya sendiri. Telaah - telaah
mengenai perkembangan moral telah menekankan bahwa cara yang efektif bagi semua
orang untuk mengawasi prilakunya sendiri adalah melelui perkembangan suara
hati, yaitu kekuatan batiniah yang tidak memerlukan pengendalian lahiriah.
Prilaku yang dikendailikan rasa bersalah adalah prilaku yang dikendalikan dari
dalam, sedangkan prilaku yang dikendalikan oleh rasa malu adalah prilaku yang
dikendalikan dari luar.
B.
Rumusan
Masalah
1)
Apa
yang dimaksud dengan moralitas ?
2)
Apa
yang di maksud dengan perkembangan moralitas pada remaja dan bagaimana
karakteristiknya ?
3)
Apa saja faktor - faktor
yang mempengaruhi perkembangan moral remaja ?
2) Bagaimana implikasi perkembangan
moralitas dalam pendidikan ?
C.
Tujuan
dan Manfaat Pembahasan
1.
Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
2.
Menjelaskan pengertian dari
perkembangan moral remaja
3.
Mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral remaja
4.
Sebagai
langkah untuk lebih mengenal karakter peserta didik khususnya pada usia remaja
5.
Untuk
menambah wawasan pengetahuan mengenai moralitas remaja
D. Metode Pembahasan
Cara
- cara yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka dan
browsing internet. Dalam metode ini penulis membaca buku - buku dan mencari
data yang berkaitan dengan materi di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
TINJAUAN TEORITIS & ANALISIS
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي
الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Artinya
:
.Sesungguhnya
Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang
memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang
lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim. ( QS.
Al-Mumtahanah: 9)
Menurut Rogers (Ali:2010) Moral merupakan kaidah Norma dan
Pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok
sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang di tentukan bagi
individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebgai anggota sosial.
Moralitas merupakan sosial secara harmonis,adil,dan seimbang. Perilaku Moral
diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan ,
ketertiban, dan keharmonisan.
Menurut Piaget (Hurlock:1978) , perkembangan moral terjadi
dalam dua tahapan yang jelas. Tahap pertama,disebut piaget ”tahapa realisme
moral” dan Tahap kedua disebut “tahap moralitas otonomi” atau “ moralitas oleh
kerja sama atau hubungan timbal balik”. Dalam tahapan pertama,perilaku anak di
tentukan oleh ketaatan otomatis tehadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Dalam tahapan
kedua perkembangan moral ini bertepatan
dengan “tahapan operasi formal” dari Piaget dalam perkembangan kognitif ,
tatkala anak mampu mempertimbangkan semua cara hipotesis dan dalil.
Menurut Kohlberg (yusuf:2005) ,
tahap perkembangan moral ketiga, moralitas pascakonvesional(postconventional
morality) harus dicapai selama masa remaja. Tahap ini merupakan tahap menerima
sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap.
Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral apabila hal ini mengumpulkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan idela yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat pada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral apabila hal ini mengumpulkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan idela yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat pada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Menurut Thomas (Monks,1989). Perkembangan pemikiran
moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban
mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu
yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara
pribadiPerkembangan pemikiran moral remaja yang demikian ini,jika meminjam
teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap
konvensional. Pada akhir masa remaja akan memasuki tahap perkembangan pemikiran
moral berikutnya yang disebut dengan tahap pasca konvensional/dimana
orisinalitas pemikiran moral remaja sudah semakin tampak jelas. Pemikiran moral
remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada
pendapat atau pranata-pranata yang bersifat konvensional.
Latihan dan Pembiasaan, menurut Robert Coles (Wantah, 2005)
latihan dan pembiasaan merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku
moral pada anak usia dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan
pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga
kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral yang
positif bagi anak dan khususnya remaja.
Menurut Mitchell( Abdulkarim:2005) telah meringkaskan
lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu :
a. Pandangan
moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
b. Keyakinan
moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
c. Penilaian
moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis
kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil
keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d. Penilaian
moral menjadi kurang egosentris.
e. Penilaian
moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan
bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Menurut Carol Gilligan (Melly :1982)
berpendapat bahwa teori Kohlberg lebih mementingkan peran laki-laki. Menurut
Gilligan, wanita tidak terlalu banyak memandang moralitas dalam kerangka
keadilan dan kesetaraan tetapi lebih kepada tanggung jawab untuk menunjukkan
kasih sayang dan menghindari hal yang membahayakan. Anak perempuan di awal masa
remaja memang cenderung menekankan pada perhatian yang berkaitan dengan
pertanya terbuka: “Seberapa pentingkah menepati janji terhadap teman?” dan
dilema moral yang dipilihnya sendiri terkait dengan pengalaman mereka.
Menurut
Selman (Faust:1971),pemikiran bahwa tindakan menyimpang terhadap suatu hubungan
interpersonal yang baik dapat dimaafkan. Seperti dalam kasus tindakan mencuri,
merampok, dapat dimaafkan apabila tindakan tersebut dilakukan untuk menolong
nyawa orang yang sangat dicintai yang berada dalam keadaan kritis. Hal ini
menunjukkkan adanya kemampuan ahli peran. Selman mengatakan “… when this
ability is acquired (role taking-penulis), the individual is capable of stage 3
thought …”. Pemikir tahap tiga menilai tindakan apakah sebagai suatu moral
yang buruk dari persetujuan orang lain. Untuk ini seseorang harus mempunyai
kemampuan mengantisipasi hal-hal yang disetujui atau tidak disetujui orang lain
dan hal-hal yang dapat menimbulkan kemurkaan. Sifat-sifat egois ditransformasi
kepada pemerolehan persetujuan, walaupun sifat-sifat egois tersebut belum
hilang sama sekali.a-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah
laku yang dapat diterima dan etis kepada remaja.
Menurut Haditono (Karso :1984) berpendapat sama dengan
Kohlberg bahwa remaja seyogianya mencapai tingkat perkembangan moral tingkat
pasca konvensional. Mendasarkan pencapaian moral judgment remaja pada
karakteristik remaja yang masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukum umum
yang lebih tinggi, walaupun penilaian-penilaian moral mereka belum berasal dari
kata hati. Dengan karakteristik mereka ini, remaja seharusnya mencapai perkembangan
moral tahap lima. Mengenai pendapat Kohlberg, ia mengemukakan dengan tegas
bahwa “… moralitas pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja.”
Jhon
Dewey(Kohlberg:1995) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral.
a. Tahap
Pramoral
Ditandai bahwa anakbelum menyadari keterikatan pada
aturan.
b. Tahap
Konvensional
Ditandai dengan perkembangannya kesadaran akan
ketaatan pada aturan.
c. Tahap Otonom
Ditandai
dengan perkembangan keterkaitan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas
analisis
A.
Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris),
yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali - nilai atau tata cara
kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai - nilai atau prinsip - prinsip moral. Dalam mengembangkan
Moral anak , peranan orang tua sangatlah penting,terutama pada waktu masih
kecil. Nilai - nilai moral itu,
seperti :
a) Seruan untuk
berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan
memelihara hak orang lain, dan
b) Larangan
mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah
laku orang tersebut sesuai dengan nilai - nilai moral yang dijunjung tinggi
oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja
adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian
mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus
dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu
anak - anak. Remaja diharapkan mengganti konsep - konsep moral yang berlaku
umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman
bagi perilakunya.
Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus
mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang
tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam
moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu :
a) Pandangan
moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
b) Keyakinan
moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
c) Penilaian
moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis
kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil
keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya
d) Penilaian
moral menjadi kurang egosentris
e) Penilaian
moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral
merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki - laki dan perempuan telah
mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan
kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk
menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu
hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi
dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga,
moral moralitas pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja, ahap ini
merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap.
Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan
moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal
ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap
kedua individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di
internalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada
sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada
orang - orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Ada tiga
tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu :
1. Mengganti
konsep moral khusus dengan konsep moral umum
2. Merumuskan
konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku
3. Melakukan
pengendalian terhadap perilaku sendiri.
B. Faktor - Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja
Perkembangan moral seorang anak
banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari
lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nlai-nilai
dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan nilai
moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih
kecil. Beberapa sikap orangtua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
perkembangan moral anak , diantaranya
sebagai berikut :
a.
Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap
dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu
kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh orangtua pada suatu
waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan pada waktu lain
b.
Sikap orangtua dalam keluarga
Secara tidak langsung, sikap
orangtua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat
mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi).
Sikap orangtua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu
oada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap masa bodoh, cenderung
mengembangkan sikap kurang bertanggungjawab dan kurang mempedulikan norma pada
diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orangtua adalah sikap kasih
saying, keterbukaan, musyawarah (dialogis).
c.
Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orangtua
merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam
mengamalkan ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious
(agamis), dengan cara memberikan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai
agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
d.
Sikap konsisten orangtua dalam menerapkan norma
Orangtua
yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka
harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila
orangtua mengajarkan kepada anak, agar berprilaku jujur, bertutur kata yang
sopan, bertanggungjawab atau taat beragama, tetapi orangtua sendiri menampilkan
perilaku sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan
menggunakan ketidakkonsistenan orangtua itu sebagai alas an untuk tidak
melakukan apa yang diinginkan orangtuanya, bahkan mungkin dia akan berprilaku
seperti orangtuanya.
C.
Karakteristik
Perkembangan Moral
Karakteristik yang menonjol dalam
perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan
kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yakni:
a. Mulai mampu berfikir abstrak
b. Mulai mampu memecahkan masalah -
masalah yang bersifat hipotetis,
maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada
waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar
hidup mereka
c. Perkembangan pemikiran moral remaja
dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan
dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum
mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadi
d. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa
yang benar dan kurang pada apa yang salah
e. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral
yang dominan
f. Penilaian moral menjadi kurang egosentris
g. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.
D.
Implikasi
Perkembangan Moralitas Dalam Pendidikan
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk
membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral
merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku
orang tersebut sesuai dengan nilai - nilai moral yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk
perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi,
didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak - anak.
Adapun implikasi dari perkembangan moral pada remaja dalam pendidikan adalah :
1.
Dalam bergaul, remaja sudah mulai
selektif dalam memilih teman
2.
Remaja sudah peka terhadap permasalahan
yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai mencari solusi terhadap permasalahan
tersebut
3.
Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan
orang lain
4.
Timbul rasa kepedulian jika melihat hal
- hal yang menyentuh hati
5. .Remaja sudah
mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai - nilai yang
diyakininya.
Ketika anak berada dalam masa
perkembangan, pembentukan moralnya dipengaruhi oleh lingkungannya. Dimulai dari
lingkungan keluarga, dimana orang tua mengenalkan nilai - nilai sederhana
seperti kesopanan terhadap ayah dan ibu. Saat pergaulan anak tersebut makin
luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai kehidupan
melalui kejadian -kejadian di sekitarnya. Remaja terdorong untuk
mengidentifikasi peristiwa yang dialaminya sehingga dapat membedakan sikap mana
yang baik dan mana yang tidak baik untuk dilakukan.
Upaya membantu remaja menemukan identitas diri :
a) Memberi informasi tentang pilihan - pilihan
karier dan peran - peran orang dewasa
b) Membantu siswa menemukan
sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya (melalui guru konseling)
c) Bersikap toleran terhadap tingkah
laku remaja yang dipandang aneh. Caranya: mendiskusikan tentang tatakrama dalam
berpakaian
d) Memberi umpan balik yang realistis
tentang dirinya.
Contohnya
: berdiskusi dengan siswa, memberi contoh orang lain yang sukses dalam hidup
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut, penyusun memperoleh
simpulan bahwa salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja
adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan
kemudian membentuk prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus
dibimbing, diawasi, dan diancam hukuman. Sebagai pedoman bagi prilakunya di
lingkungan hidupnya. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku
orang tersebut sesuai dengan nilai - nilai moral yang dijunjung tinggi oleh
kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1.Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral
umum
2.Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke
dalam kode moral sebagai kode prilaku
3.Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri
B. Rekomendasi
Kita
semua tahu bahwa remaja di zaman sekarang sedang dilanda krisis moral, yakni
minimnya moral yang dimiliki oleh para remaja pada umumnya. Remaja pada saat
ini yang sangat diharapkan dapat menjadi calon pemegang tongkat estafet penerus
pembangunan bangsa, namun pada kenyataanya banyak dikalangan remaja yang rusak.
Hal Ini tidak lain disebabkan karena moral yang dimiliki sangat rendah. Moral juga
berperan penting dalam pembentukan karakter remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu, 2005, Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta, Jakarta.
Hamidi,
2007, Metade Penelitian dan Teori Komunikas, UMM Press, Malang.
Kuswandi,
Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka
Cipta,
Jakarta.
Moleong,
Lexy J., 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muharnmad,
Al-Mighwar, 2006, Psikologi Remaja, Pustaka Setia, Bandung.
Rakhmat,
Jalaludin, 1992, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sanapiah,
Faisal, 1999, Format-Format Penelitian Sosial, Raja Grafrndo
Persada,
Jakarta.
Soesilowindradini,
2006, Psikologi Perkembangan (Masa Remaja), Usaha Nasional, Surabaya.
Sutopo,
H.B., 2002, Metode Penelitisn Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya
Dalam Penelitian,
Sebelas
Maret University Press, Surakarta.
Wiryanto,
2004, Pengantar llmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta.
Jurnal
Psikologi, www.psikologiremaja.com
www.wikipedia.com
Sunarto, Hartono Agung. 2008.
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks.
Ormord, Jeanne Ellis. 2000. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Bandung: Media Sasana.
Santrock, John. W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
King, Laura A. 2006. Psikologi umum: sebuah pandangan apresiatif. Salemba: Salemba Humanika
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks.
Ormord, Jeanne Ellis. 2000. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Bandung: Media Sasana.
Santrock, John. W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
King, Laura A. 2006. Psikologi umum: sebuah pandangan apresiatif. Salemba: Salemba Humanika
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
http://evayuliawati.blogspot.co.id/2013/03/makalah-perkembangan-moral.html
https://notako.wordpress.com/2013/06/16/psikologi-kenakalan-remaja/